Tarik Wisatawan, Pulau Bawean Bakal Diajukan Jadi Wilayah Geopark

GresikSatu | Di penghujung tahun 2022, Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Gresik, menyelesaikan penelitian geologi di beberapa wisata alam di Pulau Bawean. Penelitian ini, Bappeda Gresik bekerja sama dengan civitas akademika Universitas Gajah Mada (UGM) menjadi prasayarat pendukung pengajuan warisan geologi Pulau Bawean.

Dalam penelitian itu ada beberapa kerangka tahapan konsep dasar Geopark wisata (Geopark Development Red) di Pulau Bawean. Meliputi, konservasi flora, fauna, dan budaya yang tidak merusak. Pembangunan ekonomi kreatif, dan pengembangan masyarakat melalui pendidikan warisan dari geologi, dan budaya. 

Geopark merupakan wilayah terpadu antara perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan, dan mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sana. Geopark sendiri, saat ini jadi salah satu opsi liburan yang sedang digemari.

Kabid Infrastruktur Dan Kewilayahan Bappeda Gresik Dian Palupi Chrisdiani, mengatakan, nantinya tahapan ke Geopark butuh beberapa pengembangan. Mulai dari keragaman geologi dan warisan geologi (Geodiversity, keragaman hayati (Biodiversity), keragaman budaya (Culture Diversity), kapasitas sumber daya manusia, infrastruktur, dan regulasi kebijakan.

Dalam penelitian itu, lanjut dia Pulau Bawean dan perairannya sudah menjadi destinasi wisata alam dan budaya bagi Kabupaten Gresik. Berdasarkan kondisi alam geologisnya dan unsur ekosistem serta budaya yang pernah tumbuh di Pulau Bawean, maka peluang pengembangan wisata berbasis geopark sangat dimungkinkan di Pulau Bawean.

“Luas Pulau Bawean sekitar 200 kilometer persegi. Pulau Bawean terbentuk dari sisa-sisa gunung berapi tua dengan ketinggian maksimal 655 meter,” katanya dalam materi penelitian yang diterima Gresiksatu.com, Rabu (1/2/2023). 

Tak heran, beberapa formasi dari pegunungan dan bebatuan juga ditemukan dalam penelitian tersebut. Diantaranya, formasi batu gamping di Desa Gelam, formasi batu pasir di Desa Kebuntelukdalam, formasi gunung api Desa Balik Terus. 

“Serta endapan Aluvium, endapan ini merupakan formasi termuda yang ada di Pulau Bawean. Endapan tersusun dari endapan kerakal, kerikil, pasir, lumpur, dan lempung. Persebarannya relatif di daerah pesisir pantai,” urainya. 

Dari pemetaan formasi tersebut, dilakukan identifikasi wisata alam berbasis aspek kebumian (geodiversity). Meliputi, Pantai Gili Noko, Pantai Noko Selayar, Pantai Jembengan, Pantai Tanjung Ge’en, Pantai Ria, Pantai Mayangkara, Mata Air Panas Kepuhlegundi, Pantai Kerrong, Danau Kastoba, Air Terjun Laccar, Puncak Gunung Soka, Air Terjun Murtalajer, Air Terjun Kastoba (Grojogan Candi), Jherat Lanjeng (Makam Panjang), Mata Air Panas Sawahmulya. 

Sedangkan untuk wisata Berbasis Keanekaregaman Hayati/Biodiversity meliputi, Penangkaran Rusa, Mangrove Daun, dan Mangrove Kebuntelukdalam. 

“Berdasarkan hasil perbandingan rekapitulasi dari petunjuk teknik asesmen sumberdaya Warisan Geologi Badan Geologi (2017) dan Konsep Geowisata Kobalikova (2013), wisata di Bawean sudah dinilai baik, dan sangat baik. Mulai nilai 5 sampai 12,” jelasnya. 

Saat ini, penelitian selama empat bulan itu, sudah tahapan progres penetapan Bawean sebagai Warisan Geologi. Kendati demikian, pihaknya masih punya pekerjaan rumah untuk menyusun roadmap berupa masterplan Geopark. 

“Di Tahun 2023 Bappeda di Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan sedang Menyusun itu. Nantinya dalam masterplan akan dirumuskan untuk tata kelola dan kelembagaan Geopark Bawean,”tuturnya. 

“Melalui Surat Gubernur Jawa Timur Tanggal 31 Januari 2022 Nomor 050/2.078/201.4/2022, Perihal Pengajuan Warisan Geologi Pulau Bawean Kabupaten Gresik kepada KESDM, diharapkan bisa segera ditindak lanjuti ke proses selanjutnya,” tambahnya memungkasi. (faiz/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres