Tradisi Sanggring Kolak Ayam Gresik 2024 Paling Meriah, Ada Festival Banjari Hingga Qori’ Internasional

GresikSatu | Malam ke 23 Ramadan selalu identik dengan perayaan Sanggring atau biasa dikenal dengan tradisi memasak makanan khas kolak ayam Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Berbeda dari tahun sebelumnya, Tradisi Sanggring tahun ini digelar lebih meriah dengan menggelar Festival Banjari sebagai rangkaian acara hingga qori’ internasional Sayyid Zulfikar Assyaibani. 

Warisan budaya yang sudah berusia 499 ini bermula Kanjeng Sunan Dalem atau Sunan Giri I yang sedang sakit dan tidak satu pun ditemukan obat mujarab untuk menyembuhkan. Hingga dibuatlah ramuan kolak bercampur ayam.

Secara filosofis kata Sang berarti raja, dan Gring (Gering) berarti sakit. Sanggring bermakna obat untuk raja yang sakit. Makanan khas tersebut pertama kali ada pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M, tetap eksis dan dibudidayakan saat ini.

Ketua Pelaksana Didik Wahyudi menuturkan Sanggring tahun ini menjadi perayaan terbesar dan termahal, karena ada festival banjari untuk menyongsong kegiatan Semarak Sanggring 2024. Bahkan sampai diikuti peserta dari Kota Malang. 

Baca juga:  Kuliner Warisan Sunan Giri, Kolak Ayam Sanggring Gresik Terjaga Sejak 498 Tahun

“Untuk tahun ini biayanya spesial, karena acaranya semakin besar dan tamunya semakin banyak,” ungkapnya, Selasa (2/4/2024).

Makanan unik yang terdiri dari ketan, santan, jinten, bawang daun, gula merah, serta ayam kampung menjadi kuliner khas yang hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadan.

“Untuk tahun ini kita menyediakan 3200 porsi sanggring untuk tamu, yang berasal dari 250 ekor ayam, 740 kg gula merah, 240 kg daun bawang, 600 butir kelapa dan 50 kg jinten,” tuturnya. 

Kegiatan besar tersebut menggunakan anggaran fantastis dari dana desa Rp 25 juta, swadaya masyarakat Rp 40 juta, dan Rp 100 juta dari csr perusahaan. 

“Karena tambah tahun tamu yang datang semakin banyak, warga yang turun tangan juga banyak, acaranya juga semakin besar, Harapannya ada support dana khusus dari Pemda untuk perayaan tradisi ini. Sebab selama ini masih belum disediakan anggaran khusus untuk itu,” terangnya. 

Baca juga:  Selain Nasi Krawu, Inilah Tiga Warisan Budaya Gresik yang Lebih Dulu Mendapatkan WBTB

Sementara itu, Kepala Desa Gumeno Hasan Fatoni mengungkapkan juru masak kolak ayam sanggring hanya dilakukan laki-laki sesuai dengan kisah Sunan Dalem masa itu.

“Pada zaman dulu, Sanggring dibuat oleh santri laki-laki semua sesuai intruksi atau anjuran Sunan Dalem. Tapi sebenernya perempuan tidak masalah, kami menjaga tradisi leluhur yang sudah ada saja,” ungkapnya.

Biasanya, para tamu yang mengikuti semarak Sanggring di Masjid Sunan Dalem, akan bertandang ke rumah warga setempat dan disuguhi menu yang sama.

“Tradisi ini melayani tamu, dan melestarikan budaya. Semakin banyak tamu, semakin banyak pula sedekah. Harapannya tradisi ini akan selalu ada dan tak lelang zaman,” pungkasnya.

Reporter:
Chofifah Qurotun Nida
Editor:
Aam Alamsyah
Rekomendasi Berita

Advertisement

Terpopuler