Nur Hamidah Penulis Perempuan Gresik, Salurkan Rasa Lewat Karya

GresikSatu | Nur Hamidah merupakan sosok  yang sudah malang melintang di jagat kepenulisan Gresik. Bahkan telah membuahkan beberapa karya berupa buku yang mengisahkan pengalaman pribadi yang ia dengar atau rasakan.

Hamidah menitihkan tintanya sejak tahun 2016 melalui antologi cerita berjudul Terima Kasih Guru, setelah menjabat sebagai seorang guru selama 14 tahun.

Ia sendiri berprofesi sebagai seorang Guru di SMPN 1 Cerme sejak tahun 2002. Saat ini, Nur Hamidah selain aktif sebagai penulis ia juga menjabat di Kepala Seksi Kelembagaan Sekolah Dasar, Dispendik Gresik.

“Demi mengabdikan diri secara total tidak separuh-separuh, sekalian saya menekuni kepenulisan dengan bergabung keanggotaan IGI (Ikatan Guru Indonesia) bersama Pak Pri,” ungkapnya, Senin (19/6/2023).

Ada sebanyak 11 judul buku yang sudah dikeluarkan Hamidah, diantaranya : Terima Kasih Guru, Catatan Cinta untuk Ibu, Rapor Merah Guru, Setangkai Bunga untuk Ibu Jilid 1 (Antologi Puisi Tiga Bahasa 61 Guru se Indonesia), Setangkai Bunga untuk Ibu Jilid 2 (Antologi Puisi Tiga Bahasa 61 Guru se Indonesia).

Kemudian Guru Bukan Tersangka, Mozaik Ramadhan, Ksatria Kecil yang Tak Diakui, Menopang Dahan Retak, Mozaik Perempuan, dan Senyum Perempuan Indonesia (Kumpulan Kisah Inspiratif).

“Selain bergabung dengan IGI, saya juga bergabung dengan P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) menangani permasalah pelecehan seksual hingga kekerasan terhadap perempuan dan anak. Buku-buku yang saya rilis tidak sedikit mengisahkan tentang mereka,” terangnya.

Perempuan tangguh berusia 42 tahun asal Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik ini bahkan menguras seluruh perasaannya mendampingi para korban untuk mendapat penanganan lebih intensif.

“Kisah-kisah ini terkumpul dalam buku berjudul Mozaik Perempuan, segala permasalahan seputar perempuan dibedah mulai dari Poligami, keterbatasan ekonomi, hamil di luar nikah, pelacuran, dan pelakor. Bahkan Bu Wabup sendiri yang mengisi kalimat pembuka,” tuturnya.

Ia bermimpi bisa menjadi Kartini masa kini dengan membuahkan karya-karya dari jemari lentiknya, serta menginspirasi perempuan lain.

“Buku itu seperti kartu identitas saya, bukan ajang untuk meraup pundi-pundi rupiah (profit). Karena kebanyakan buku saya malah tak bagikan gratis agar semua orang bisa belajar, bisa membaca, dan bisa berbagi cerita,” pungkasnya. (ovi/aam)

Rekomendasi Berita

Advertisement

Gresik Gres